Seniorku Pacarku
by : Sri Wahyuni
Like, like,
like, like…
Gue like
semua yang ada di beranda gue. Hingga gue lihat pertemanan, ada satu cowok
ganteng cenderung jelek yang nge-add facebook gue. Terus gue confirm dech….
Setelah gue
lihat-lihat, nampaknya kayak senior Pramuka gue tuh. Lalu, gue buka deh profil
facebook-nya.
Dannn…
Ternyataaaa…
BENAR!!! Dia tuh senior gue.
O iya…
kenalin nama gue Vera Kusuma Atmaja. Gue sekolah di SMA TUNAS BANGSA, Jawa
Barat. Sekarang gue duduk di bangku kelas XII Jurusan Bahasa. Kali ini gue akan
bercerita tentang sebuah kisah di bangku kelas XI gue dulu. Yang nggak akan
pernah gue lupain setiap urutan kejadiannya seumur hidup gue.
Gue tuh
punya senior PRAMUKA yang umurnya terpaut dua tahun dari umur gue. Kalo
dibilang dia lebih tua dari gue siihh…. Emang tua yah. Tapi ya nggak tua-tua
amat tuh. Bo dy-nya tuh tinggi, putih dan bisa dibilang body-nya tuh atletis
juga (insyaallah… hehehe. Soalnya, gue lihat dari foto-fotonya di facebook
waktu dia habis berenang di sungai sama temannya). Kayak atlet lomba balap
karung tuh yang biasanya ada di waktu perayaan 17-an di rumah gue.
Katanya sih, tuh orang lumayan
pinter. Namanya Surya Widyodiningrat. Wahahaa… kayak nama orang keraton aja yah. Tapi itulah nama
pemberian dari nyokap-bokap dia.
Langsung
ajah lanjut ceritanya.
CEKIDOOOOOTTTTT….
Setelah beberapa hari berteman di
dunia maya. Saat itu tepatnya tanggal 24 Januari 2013, si Surya ng-inbox fb
gue. Yah… yang isinya basa-basi lah… namanya juga cowok. Hehehe….
Ini dia isi pesan fb yang dia inbox-in
ke gue.
“Gimana
kabar PRAMUKA SMATUBA de?”
Dengan rasa
hormat yang tinggi terhadap senior, gue jawab aja tuh pesan fb.
“Alhamdulillah,
baik ka…”
Dan
seterusnya sampai beberapa lama udah nggak ada inbox-nya yang masuk lagi pada
hari itu.
Hari-hari selanjutnya tanggal 11
Februari 2013, dia ng-inbox gue lagi tuh yang intinya tuh orang minta nomor HP
gue yang satunya lagi….
Wahahaha….
“Dasar
cowok! kalo udah minta nomor HP pasti ada maunya nih”, kata gue dalam hati.
Tapi nggak buru-buru
gue kasih tuh nomor HP gue yang kedua.
Hingga
lanjut tanggal 12 Februari 2013, dia nyolek gue di FB. Busyeettt dahh… spontan
gue pun langsung inbox dia dan tanya kenapa kok nyolek-nyolek FB gue. Mungkin
itu adalah hal biasa yang sering dilakukan remaja yang over update di FB kali ya?
Kayak gue ini. Hehehe….
Pertanyaan-pertanyaan serta
ucapan-ucapan yang nggak penting pun terus diluncurkan pada gue pada hari itu
dan juga pada hari-hari setelahnya. Mulai dari ucapan selamat pagi, selamat
siang, selamat sore, selamat malam, hingga disiplin makan pun tak lupa ia
ingatkan. Tak terkecuali hal yang wajib pun seperti shalat lima waktu pake
diingetin segala.
“Ya
ampuuunn… perhatian banget sih nie senior gue”, kata gue dalam hati.
Hingga pada suatu malam saat hujan
turun dengan derasnya yang disertai angin ribut dan suara petir terdengar
menyambar-nyambar. Dia mengirim SMS atau pesan singkat ke nomor HP gue yang
dulu udah pernah gue kasih ke dia.
“Assalamu’alaikum”, begitu lah bunyi SMS darinya.
“Wa’alaikumussalam wr.wb. Maaf, ini siapa ya?”, balas gue ke nomor HP
senior gue itu, yang saat itu gue belum tahu kalo itu nomor HP-nya. Tak lama
kemudian dia membalas SMS dengan balasan yang singkat, padat dan jelas.
“Surya Widyodiningrat”
Itu lah SMS kedua dan terakhir darinya yang gue terima saat hujan deras turun
malam itu.
“Menangis aku kenang saat diriku kau tinggalkan…. Hanya sakit yang aku
kenang saat hatiku smakin dalam…. Tak tahu harus dimana kutemukan
jawabnyaaa….”. Bunyi nada dering HP gue kalo ada telepon masuk. Yang waktu itu
adalah lagu milik Davinci Band yang judulnya Rindu Merana, yang saat itu juga
jadi harian musik favorit gue yang setiap hari gue putar.
Kebetulan saat itu gue baru
saja putus dari cowok reseh yang udah
nyakitin gue terus-menerus. Gue pun mengangkat HP gue yang sedari tadi berisik
melulu. Namun, suara orang di seberang telepon tak terdengar sama sekali,
akibat hujan di luar rumah yang turun semakin deras.
“Hallo… Assalamu’alaikum? Ini siapa ya?”, jawab gue berulang kali. Namun,
tetap tak terdengar suara orang di seberang sana. Setelah itu, gue tahu kalo
yang menelpon itu ka Surya, senior gue. Lalu, gue mati kan telepon dari ka
Surya si senior gue itu. Gue kecewa. Dalam hati gue bertanya,
“Kenapa dia
telepon gue waktu hujan deras sih??!! Malam-malam lagi teleponnya. Coba aja
kalo siang hari, lagi nggak hujan kan gue bisa ngobrol banyak sama dia!”, gue
cemberut.
Gue kirim SMS ke dia,
“Maaf kak sur. Tadi suara kakak nggak kedengaran kak. Soalnya di rumah
lagi hujan deras”.
“Tet tot tet tot
tot tot tot tot…. ”, bunyi HP gue pertanda ada SMS yang masuk. Gue lihat HP
gue, ternyata ada balasan SMS dari kak Surya.
“Oh iyah, gak apa-apa de. Mungkin lain kali aja ya kakak telepon adee-nya.
Tadi suara ade juga gak kedengaran dari sini”.
Waktu terus berjalan. Hari
berganti hari. Siang dan malam silih berganti. Jarum jam pun bergerak berputar
tak kunjung berhenti.
Pada suatu malam, tepatnya
pukul 20:03 WIB HP gue berbunyi,
“Tet tot tet tot tot tot tot tot…. ”, yang menandakan adanya SMS yang
masuk ke nomor HP gue. Gak gue sangka SMS itu datang dari senior PRAMUKA gue
sendiri si kak Surya, Pradana periode dua tahun sebelum gue menjabat jadi sie.
Giat di Dewan Ambalan (DA). Yang isinya,
“Met malem adee… dee… Adee mau nggak jadi pacarnya kaka??”.
Spontan aja gue langsung kaget, gue nggak mengira bakalan kayak gini
ceritanya. Si kakak nembak gue???. Ya,
walaupun sebelum itu gue udah ada rasa sama dia.
“Malem juga ka…
Hmmm… apa nggak salah kirim tuh ka?? Pasti kakak salah kirim pesan kan?”,
balas gue.
“Nggak kok dee… kaka nggak salah kirim. Kakak beneran ngirim SMS ke ade”,
balasnya lagi.
Malam itu perasaan gue
nggak karuan, gue nggak tenang. Antara percaya dan tidak, kak Surya suka sama
gue. Dia nembak gue? Ya ampuunn…. Berkecamuklah pikiran dikepala gue. Merasa
tak nyaman, gue pun langsung tidur.
“Cit cit cit…”, terdengar kicauan burung yang hinggap di pepohonan. Sinar
matahari pagi menerobos masuk dari celah-celah dinding. Gue lihat sekeliling
gue dan tak ada yang berubah sama sekali sejak gue tertidur tadi malam.
Perlahan gue mulai bangun dari tempat tidur, berdiri da berjalan mendekati
jendela serta membukanya perlahan agar si bungsu Nani yang masih terlelap dalam
tidurnya tak terbangun. Gue tatap pemandangan di luar jendela kamar, gue hirup
udara yang berasal dari pepohonan. “Hmmm… segar.. sejuk sekali udara pagi ini”,
kata gue dalam hati seraya melemaskan otot-otot yang kaku karena tidur.
Matahari sudah mulai tinggi, gue harus segera berangkat ke sekolah guna
menuntut ilmu. Sepulang sekolah, gue langsung mengirim pesan kepada kak surya.
“Maaf kak, semalam
udah tidur. Aku ngga mau kaka ngungkapin perasaan kakak lewat HP. Kata orang,
kalo cowok ngungkapin perasaannya lewat HP atau secara tidak langsung tuh
tandanya si cowok nggak gentle!. Udah dulu ya kak. Selamat siang.
”
Tak sampai satu menit
kuterima balasan SMS dari kak surya.
“Ok. Besok sabtu kakak pengen ketemu adee di SWIM Cafe ya dee. Kakak pengen
ngobrol langsung ma adee.”, kuterima ajakannya itu. Singkat cerita, hari sabtu
kami datang ke SWIM Cafe dan duduk bersama. Di sana, kak surya mencurahkan isi
hatinya ke gue. Jantung gue berdebar sangat kencang, tulang gue seakan rontok,
lemas tubuh ini saat itu. Dengan suara yang tenang dan senyum termanis yang gue
punya, gue respon penyataannya.
“Aku butuh beberapa hari untuk berpikir kak”.
Senyum manisnya pun mengembang, tanda jikalau ia tak marah pada gue.
Beberapa hari kemudian,
pada hari jumat dimana hari jumat pada tanggal 22 Februari 2013 adalah hari khusus untuk ekstakulikuler PRAMUKA di
sekolah gue. Yang wajib diikuti oleh semua siswa kelas X tanpa pengecualian. Gue
yang waktu itu menduduki kelas XI dan memilih mengikuti Organisasi PRAMUKA di
sekolah dan diberi amanat menjadi sie. Giat PRAMUKA pun turut berangkat
ekstrakurikuler tersebut. Saat bel tanda istirahat berbunyi, gue putuskan untuk
menjawab pertanyaan kak Surya lima hari yang lalu tentang apakah gue mau jadi
ceweknya. Dan gue jawab, “Ya”.
Kak Surya tidak paham apa maksud dari SMS gue itu. Kemudian dia bertanya,
“ “Ya” maksudnya apa dee? ”
“mmm… ya maksudnya
“Ya”. Kalo gak tahu ya udah berarti aku gak jadi “Ya” ”, begitu kata gue.
“hehee… makasih ya dee… ”,
kak Surya paham maksud dari jawaban SMS gue. Hari-hari terus berlalu, hubungan
kami semakin hangat. Kami menjalani hari-hari dengan penuh canda tawa.
To be continue....