Selasa, 10 Maret 2015

Cerpen - Seniorku Pacarku

Seniorku Pacarku
by : Sri Wahyuni




          Like, like, like, like…
Gue like semua yang ada di beranda gue. Hingga gue lihat pertemanan, ada satu cowok ganteng cenderung jelek yang nge-add facebook gue. Terus gue confirm dech….
Setelah gue lihat-lihat, nampaknya kayak senior Pramuka gue tuh. Lalu, gue buka deh profil facebook-nya.
Dannn…
Ternyataaaa… BENAR!!! Dia tuh senior gue.
O iya… kenalin nama gue Vera Kusuma Atmaja. Gue sekolah di SMA TUNAS BANGSA, Jawa Barat. Sekarang gue duduk di bangku kelas XII Jurusan Bahasa. Kali ini gue akan bercerita tentang sebuah kisah di bangku kelas XI gue dulu. Yang nggak akan pernah gue lupain setiap urutan kejadiannya seumur hidup gue.
Gue tuh punya senior PRAMUKA yang umurnya terpaut dua tahun dari umur gue. Kalo dibilang dia lebih tua dari gue siihh…. Emang tua yah. Tapi ya nggak tua-tua amat tuh. Bo dy-nya tuh tinggi, putih dan bisa dibilang body-nya tuh atletis juga (insyaallah… hehehe. Soalnya, gue lihat dari foto-fotonya di facebook waktu dia habis berenang di sungai sama temannya). Kayak atlet lomba balap karung tuh yang biasanya ada di waktu perayaan 17-an di rumah gue.
Katanya sih, tuh orang lumayan pinter. Namanya Surya Widyodiningrat. Wahahaa… kayak nama orang keraton aja yah.                        Tapi itulah nama pemberian dari nyokap-bokap dia.
Langsung ajah lanjut ceritanya.
CEKIDOOOOOTTTTT….
Setelah beberapa hari berteman di dunia maya. Saat itu tepatnya tanggal 24 Januari 2013, si Surya ng-inbox fb gue. Yah… yang isinya basa-basi lah… namanya juga cowok. Hehehe….   
      Ini dia isi pesan fb yang dia inbox-in ke gue.
“Gimana kabar PRAMUKA SMATUBA de?”
Dengan rasa hormat yang tinggi terhadap senior, gue jawab aja tuh pesan fb.
“Alhamdulillah, baik ka…”
Dan seterusnya sampai beberapa lama udah nggak ada inbox-nya yang masuk lagi pada hari itu.

Hari-hari selanjutnya tanggal 11 Februari 2013, dia ng-inbox gue lagi tuh yang intinya tuh orang minta nomor HP gue yang satunya lagi….
Wahahaha….
“Dasar cowok! kalo udah minta nomor HP pasti ada maunya nih”, kata gue dalam hati.
Tapi nggak buru-buru gue kasih tuh nomor HP gue yang kedua.
          Hingga lanjut tanggal 12 Februari 2013, dia nyolek gue di FB. Busyeettt dahh… spontan gue pun langsung inbox dia dan tanya kenapa kok nyolek-nyolek FB gue. Mungkin itu adalah hal biasa yang sering dilakukan remaja yang over update di FB kali ya?
         Kayak gue ini. Hehehe….
          Pertanyaan-pertanyaan serta ucapan-ucapan yang nggak penting pun terus diluncurkan pada gue pada hari itu dan juga pada hari-hari setelahnya. Mulai dari ucapan selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, hingga disiplin makan pun tak lupa ia ingatkan. Tak terkecuali hal yang wajib pun seperti shalat lima waktu pake diingetin segala.
“Ya ampuuunn… perhatian banget sih nie senior gue”, kata gue dalam hati.
          Hingga pada suatu malam saat hujan turun dengan derasnya yang disertai angin ribut dan suara petir terdengar menyambar-nyambar. Dia mengirim SMS atau pesan singkat ke nomor HP gue yang dulu udah pernah gue kasih ke dia.
“Assalamu’alaikum”, begitu lah bunyi SMS darinya.
“Wa’alaikumussalam wr.wb. Maaf, ini siapa ya?”, balas gue ke nomor HP senior gue itu, yang saat itu gue belum tahu kalo itu nomor HP-nya. Tak lama kemudian dia membalas SMS dengan balasan yang singkat, padat dan jelas.
“Surya Widyodiningrat”
Itu lah SMS kedua dan terakhir darinya yang gue terima saat hujan deras turun malam itu.
“Menangis aku kenang saat diriku kau tinggalkan…. Hanya sakit yang aku kenang saat hatiku smakin dalam…. Tak tahu harus dimana kutemukan jawabnyaaa….”. Bunyi nada dering HP gue kalo ada telepon masuk. Yang waktu itu adalah lagu milik Davinci Band yang judulnya Rindu Merana, yang saat itu juga jadi harian musik favorit gue yang setiap hari gue putar.
          Kebetulan saat itu gue baru saja putus dari cowok reseh yang udah nyakitin gue terus-menerus. Gue pun mengangkat HP gue yang sedari tadi berisik melulu. Namun, suara orang di seberang telepon tak terdengar sama sekali, akibat hujan di luar rumah yang turun semakin deras.
“Hallo… Assalamu’alaikum? Ini siapa ya?”, jawab gue berulang kali. Namun, tetap tak terdengar suara orang di seberang sana. Setelah itu, gue tahu kalo yang menelpon itu ka Surya, senior gue. Lalu, gue mati kan telepon dari ka Surya si senior gue itu. Gue kecewa. Dalam hati gue bertanya,
“Kenapa dia telepon gue waktu hujan deras sih??!! Malam-malam lagi teleponnya. Coba aja kalo siang hari, lagi nggak hujan kan gue bisa ngobrol banyak sama dia!”, gue cemberut.

          Gue kirim SMS ke dia,
“Maaf kak sur. Tadi suara kakak nggak kedengaran kak. Soalnya di rumah lagi hujan deras”.
“Tet tot tet tot tot tot tot tot…. ”, bunyi HP gue pertanda ada SMS yang masuk. Gue lihat HP gue, ternyata ada balasan SMS dari kak Surya.
“Oh iyah, gak apa-apa de. Mungkin lain kali aja ya kakak telepon adee-nya.

Tadi suara ade juga gak kedengaran dari sini”.
          Waktu terus berjalan. Hari berganti hari. Siang dan malam silih berganti. Jarum jam pun bergerak berputar tak kunjung berhenti.
          Pada suatu malam, tepatnya pukul 20:03 WIB HP gue berbunyi,
“Tet tot tet tot tot tot tot tot…. ”, yang menandakan adanya SMS yang masuk ke nomor HP gue. Gak gue sangka SMS itu datang dari senior PRAMUKA gue sendiri si kak Surya, Pradana periode dua tahun sebelum gue menjabat jadi sie. Giat di Dewan Ambalan (DA). Yang isinya,
“Met malem adee… dee… Adee mau nggak jadi pacarnya kaka??”.
Spontan aja gue langsung kaget, gue nggak mengira bakalan kayak gini ceritanya. Si kakak nembak gue???. Ya,  walaupun sebelum itu gue udah ada rasa sama dia.
“Malem juga ka…
Hmmm… apa nggak salah kirim tuh ka?? Pasti kakak salah kirim pesan kan?”, balas gue.
“Nggak kok dee… kaka nggak salah kirim. Kakak beneran ngirim SMS ke ade”, balasnya lagi.
          Malam itu perasaan gue nggak karuan, gue nggak tenang. Antara percaya dan tidak, kak Surya suka sama gue. Dia nembak gue? Ya ampuunn…. Berkecamuklah pikiran dikepala gue. Merasa tak nyaman, gue pun langsung tidur.
“Cit cit cit…”, terdengar kicauan burung yang hinggap di pepohonan. Sinar matahari pagi menerobos masuk dari celah-celah dinding. Gue lihat sekeliling gue dan tak ada yang berubah sama sekali sejak gue tertidur tadi malam. Perlahan gue mulai bangun dari tempat tidur, berdiri da berjalan mendekati jendela serta membukanya perlahan agar si bungsu Nani yang masih terlelap dalam tidurnya tak terbangun. Gue tatap pemandangan di luar jendela kamar, gue hirup udara yang berasal dari pepohonan. “Hmmm… segar.. sejuk sekali udara pagi ini”, kata gue dalam hati seraya melemaskan otot-otot yang kaku karena tidur.
Matahari sudah mulai tinggi, gue harus segera berangkat ke sekolah guna menuntut ilmu. Sepulang sekolah, gue langsung mengirim pesan kepada kak surya.
“Maaf kak, semalam udah tidur. Aku ngga mau kaka ngungkapin perasaan kakak lewat HP. Kata orang, kalo cowok ngungkapin perasaannya lewat HP atau secara tidak langsung tuh tandanya si cowok nggak gentle!. Udah dulu ya kak. Selamat siang.  
     
          Tak sampai satu menit kuterima balasan SMS dari kak surya.
“Ok. Besok sabtu kakak pengen ketemu adee di SWIM Cafe ya dee. Kakak pengen ngobrol langsung ma adee.”, kuterima ajakannya itu. Singkat cerita, hari sabtu kami datang ke SWIM Cafe dan duduk bersama. Di sana, kak surya mencurahkan isi hatinya ke gue. Jantung gue berdebar sangat kencang, tulang gue seakan rontok, lemas tubuh ini saat itu. Dengan suara yang tenang dan senyum termanis yang gue punya, gue respon penyataannya.
“Aku butuh beberapa hari untuk berpikir kak”.
Senyum manisnya pun mengembang, tanda jikalau ia tak marah pada gue.
          Beberapa hari kemudian, pada hari jumat dimana hari jumat pada tanggal 22 Februari 2013 adalah  hari khusus untuk ekstakulikuler PRAMUKA di sekolah gue. Yang wajib diikuti oleh semua siswa kelas X tanpa pengecualian. Gue yang waktu itu menduduki kelas XI dan memilih mengikuti Organisasi PRAMUKA di sekolah dan diberi amanat menjadi sie. Giat PRAMUKA pun turut berangkat ekstrakurikuler tersebut. Saat bel tanda istirahat berbunyi, gue putuskan untuk menjawab pertanyaan kak Surya lima hari yang lalu tentang apakah gue mau jadi ceweknya. Dan gue jawab, “Ya”.
Kak Surya tidak paham apa maksud dari SMS gue itu. Kemudian dia bertanya, “ “Ya” maksudnya apa dee? ”
“mmm… ya maksudnya “Ya”. Kalo gak tahu ya udah berarti aku gak jadi “Ya” ”, begitu kata gue.
“hehee… makasih ya dee…        ”, kak Surya paham maksud dari jawaban SMS gue. Hari-hari terus berlalu, hubungan kami semakin hangat. Kami menjalani hari-hari dengan penuh canda tawa.
To be continue....

3 komentar:

  1. ahahaha..... :) kaget liat judulnya ceritanya panjang sekali ngapa gx skalian di buat novel.
    makasih mbk sri wahyuni

    BalasHapus